Algoritma
Semut (Ant Algorithm) merupakan algoritma yang dimunculkan sebagai
suatu pendekatan multi-agen terhadap optimasi berbagai permasalahan
yang berkaitan dengan graf. Sampai saat ini, berbagai upaya
pengembangan dilakukan untuk memperluas pemanfaatan dari Algoritma
Semut. Berbagai pemanfaatan yang sudah umum digunakan antara lain
untuk menyelesaikan permasalahan rute kendaraan, pengurutan
sekuensial, pewarnaan graf, permasalahan routing pada jaringan dan
berbagai pemanfaatan lainnya.
Algoritma Semut terinspirasi oleh
pengamatan terhadap suatu koloni semut. Semut merupakan hewan yang
hidupsebagai suatu kesatuan dalam koloninya dibandingkan jika dipandang
sebagai individu yang hidup sendiri-sendiri dan tidak bergantung
terhadap koloninya. Suatu perilaku penting dan menarik untuk
ditinjau dari suatu koloni semut adalah perilaku mereka pada saat
mencari makan, terutama bagaimana mereka mampu menentukan rute
untuk menghubungkan antara sumber makanan dengan sarang mereka.
Ketika berjalan menuju sumber
makanan dan sebaliknya, semut meninggalkan jejak berupa suatu zat
yang disebut Pheromone. Semut-semut dapat mencium Pheromone, dan
ketika memilih rute yang akan dilalui, semut akan memiliki
kecenderungan untuk memilih rute yang memiliki tingkat konsentrasi
Pheromone yang tinggi. Jejak Pheromone tersebut memungkinkan semut
untuk menemukan jalan kembali ke sumber makanan atau sarangnya.
Seiring waktu, bagaimanapun juga
jejak Pheromone akan menguap dan akan mengurangi kekuatan daya
tariknya. Lebih lama seekor semut pulang pergi melalui suatu
jalur, lebih tinggi pula jumlah Pheromone yang menguap. Sebagai
perbandingan, sebuah jalur yang pendek akan diikuti oleh semut
lainnya dengan lebih cepat, dan dengan demikian konsentrasi Pheromone
akan tetap tinggi.
Penguapan Pheromone juga mempunyai
keuntungan untuk mencegah konvergensi pada penyelesaian optimal
secara lokal. Jika tidak ada penguapan sama sekali, jalur yang
dipilih semut pertama akan cenderung menarik secara berlebihan
terhadap semut-semut yang mengikutinya. Pada kasus yang demikian,
eksplorasi ruang penyelesaian akan terbatasi.
Oleh karena itu, ketika seekor semut
menemukan jalur yang bagus (jalur yang pendek) dari koloni ke
sumber makanan, semut lainnya akan mengikuti jalur tersebut, dan
akhirnya semua semut akan mengikuti sebuah jalur tunggal. Ide
algoritma koloni semut adalah untuk meniru perilaku ini melalui
‘semut tiruan’ berjalan seputar grafik yang menunjukkan masalah yang
harus diselesaikan. Perilaku mengikuti jejak Pheromone tersebut
telah dibuktikan secara eksperimental, digunakan oleh koloni semut
untuk mengetahui rute terpendek untuk mencapai sarang atau
sumber makanan berdasarkan jejak-jejak Pheromone yang ditinggalkan
oleh masing-masing semut yang ada.
Berdasarkan perilaku tersebut, maka
dikembangkanlah suatu algoritma untuk menyelesaikan suatu masalah
komputasi dengan menemukan jalur terbaik melalui grafik.
Pada tahun 1996, dunia AI pun ikut
belajar dari semut dengan diperkenalkannya algoritma semut, atau
Ant Colony Optimization, sebagai sebuah simulasi multi agen yang
menggunakan metafora alami semut untuk menyelesaikan problem
ruang fisik. Algoritma semut diperkenalkan oleh Moyson dan Manderick
dan secara meluas dikembangkan oleh Marco Dorigo, merupakan
teknik probabilistik untuk menyelesaikan masalah komputasi dengan
menemukan jalur terbaik melalui grafik. Algoritma ini
terinspirasi oleh perilaku semut dalam menemukan jalur dari
koloninya menuju makanan.
0 comments:
Post a Comment