Di postingan sebelumnya telah saya jelaskan sedikit pengantar sensasi dan persepsi. Setelah melihat blog teman-teman saya yang lainnya, wiuh.. panjang-panjang kalee postingannya tentang sensasi dan persepsi.
Tapi, kebanyakan panjangnya pas di pengantarnya, kalo saya sih buat pengantarnya intip dari slide buk Filia :D
Oleh karena itu, saya ingin melanjutkan postingan mengenai sensasi dan persepsi dengan berbagi pengalaman terbaru.
Semua pengalaman ini terjadi di hari Rabu, 20 Maret 2013.
- 05.00 WIB
Ketika itu ibu saya akan memasak sarapan, saya pun melihat apakah yang dimasak ibu saya. Ternyata baru permulaan,
ibu saya masih memanaskan minyak. Setelah itu dimasukkanlah bawang bombay, lalu cabai giling. Saya disuruh untuk
mengawasi masakan tsb sambil ibu saya melakukan pekerjaan yang lain. Saya pun mulai mengawasi sambil mengaduk-aduk
tumisan tsb. Saya melihat cabai tersebut bertambah gelap dan mencium bau gosong.Ternyata apinya kebesaran.
Dari sini saya menyimpulkan bahwa sensasi yang saya dapatkan adalah indra penglihatan dan penciuman yaitu warna cabai
giling yang semakin gelap dan bau gosong. Persepsi saya, saya akan dimarahi oleh ibu saya.
- 07.53 WIB
Ketika itu saya sedang di ruangan TI 103, menunggu dosen psikologi datang. Sambil menunggu saya meminta bantuan teman saya,
Indera, untuk memperbaiki aplikasi java. Ketika saya melihat tempat duduk saya (saya sedang di tempat duduk lain), saya melihat
ada tas si Ruri, saya baru sadar kalau dia sudah datang, saya pun bertanya kepada Rina di mana Ruri. Ternyata Ruri sedang tidur
di meja dosen. Saya mempersepsikan bahwa Ruri kurang tidur semalam dan membuatnya mengantuk pagi ini. Ketika dosen kami sudah datang,
dosen kami terdiam sambil memandangi meja dosen yang masih dipakai Ruri untuk tidur. Dia pun terbangun karena terkejut akan suara kami
yang memanggilnya. Lalu dosen kami pun bertanya kepada Ruri kenapa dia bisa tertidur di sana. Ternyata si Ruri sedang sakit. Dan persepsi saya pun salah.
- 13.38 WIB
Ketika itu Rina, teman saya mengajak untuk menemaninya ke FKM (Fakultas Kesehatan Masyarakat) untuk menjumpai temannya.
Lalu saya mengajak Daut, teman saya yang satunya lagi, dan kami pun pergi bertiga. Sesampainya di FKM, si Rina berhasil
menemukan temannya dan temannya itu memberikan sebuah kotak ke Rina. Selanjtunya kami ke mushola keperawatan untuk menunaikan
sholat dzuhur. Sebelum kami mengambil wudhu, kami duduk-duduk sebentar dan percakapan pun dimulai.
Saya : "Rin, itu apa isinya yang kotak tadi? sepatu ya?"
Rina : "Iya, hahha... "
Saya : "Cieee... beli sepatu dia, cak liat" (membuka tas Rina)
Rina : "Jangaannn.. nanti gak bisa dimasuin lagi"
Saya : "Gak pa pa, nanti aku yang masuin"
Daut : "Iiii... cantik, berapa kau beli Na? "
Rina : "Rp xxx"
Daut : "Iya? mana mungkin"
Rina : "Iya loo"
Saya : "Ini nomor berapa? " (sambil memegang sepatu)
Rina : "37"
Daut : "Sama laa"
Saya : "Kakimu berapa Daut?"
Daut : "37"
Saya : "hhahhaa... aku nanya kakimu lo, kok banyak kali ada 37"
Rina : "Wkwkwkkwwkkwkk.."
Daut : "Hahhhahhaha.."
Kesimpulan dari percakapan di atas,
Sensasai : Di saat saya bertanya pada Daut berapa kakinya.
Persepsi saya : Menguji pertanyaan ke Daut dan dia akan salah, ternyata memang salah.
Persepsi Daut : Mengira bahwa saya menanyakan nomor kakinya.
0 comments:
Post a Comment